Sejak kecil, aku sudah terbiasa tidak memiliki teman. Mungkin karena aku seorang tunanetra. Bahkan, aku dikucilkan oleh keluargaku sendiri. Suatu saat, aku bertemu dengan seseorang di sebuah halte. Dia menawarkan diri untuk menjadi temanku. Tentu saja aku terima. aku juga menangis karena terharu. singkat cerita, aku menjalani operasi mata. Namun, saat mataku sudah bisa melihat dunia, orang pertama yang menjadi temanku, sudah tidak ada.

Aku menyukai suara gemercik hujan. Hasanya menenangkan, seperti memiliki teman. Ya, selama ini, aku selalu kesepian,. Sejak ayahku tiada saat aku berumur 5 tahun, hanya Bi Mina yang setia menemaniku, lbuku? Kakakku? Mereka sibuk. Dan... mungkin sedikit malu memiliki anak tunanetra sepertiku, Aku pernah marah pada Tuhan. Mengapa aku dilahirkan dengan fisik yang kurang? Mengapa aku tidak bisa bebas menjelajah dunia seperti yang lain? Mengapa hidupku selalu menyedihkan? Bahkan kasih sayang dari keluarga saja tidak aku dapatkan. Apa Tuhan sedang marah padaku? Hingga akhirnya, aku sadar, Marah, mengeluh, protes, semua itu akan sia -sia jika Tuhan memang sudah memberiku takdir seperti ini. Tapi, aku masih selalu berdoa, agar suatu saat nanti, impianku untuk melihat dunia bisa terwujud, Meski aku tahu kemungkinannya kecil, setidaknya masih ada harapan. Aku tidak buta permanen, aku masih bisa melíhat cahaya. ltu satu-satunya harapanku.